Senin, 14 Maret 2011

CA RECTI


TINJAUAN TEORITIS
CA. RECTI

  1. DEFINISI

    Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.

    Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).

    ( Parkwaycancercentre.com )

  2. ETIOLOGI ( Faktor penyebab )
    Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.

    ( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
  • Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

  • Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
  • Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker  colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
  • Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
  • Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.

  • Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi  pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
    ( parkwaycancercentre.com )
  1. JENIS KLASIFIKASI
    Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:

    1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
    2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh menembus dinding.
    3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum.  Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
    4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
    5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.
    6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
      ( parkwaycancercentre.com )

    Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
    Kelas A        : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
    Kelas B        : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
    Kelas C        : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
    Kelas D        : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.

    ( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).

  2. ANATOMI, PATOFISIOLOGI

    Patofisiologi :
    Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus). Di mulai sebagai polip jinak (dapat diakibatkan pola diet rendah serat) tetapi dapat menjadi ganas karena faktor mutasi (sesuai dengan teori seleksi sel,dr. Jan tambayong,patofisiologi hal. 69) dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya, sel kanker dapat terlepas dari tumor dan menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling sering ke hati. Melalui proses invasi dengan cara tumbuh menyebar keluar lokasi asalnya, dilanjutkan pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah,kemudian menetap pada endotelium yang disebut proses diseminasi akhirnya sel kanker ini menetap pada area baru dan menyasuaikan diri untuk pertumbuhan selanjutnya yang disebut proliferasi.

    Sumber : Patofisiologi untuk keperawatan hal.67-72 (dr. Jan tambayong) dan brunner &
         sudarth,hal. 1136.
     
  3. DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH

    Ca. Recti dapat bermetastasis ke organ lain seperti hati, paru-paru, limfe hal ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan fungsi organ tersebut.
  4. MANIFESTASI KLINI
  • Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
  • Usus besar Anda terasa tidak kosong seluruhnya
  • Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran Anda
  • Kotoran Anda lebih sempit dari biasanya
  • Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
  • Kehilangan berat badan tanpa alasan
  • Selalu merasa sangat letih
  • Mual atau muntah-muntah.
    ( parkwaycancercentre.com )
  1. PROSEDUR DIAGNOSTIK
  • Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT): Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
  • Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum Anda dan bagian bawah kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
  • Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
  • Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
  • Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
    ( parkwaycancercentre.com )
  1. MENEJEMEN KLINIKS ( Penatalaksanaan )
    Penatalaksanaan medis :
  • Penghisapan nasogastrik
    Jika didapati pasien dengan obstruksi usus dan terjadi perdarahan yang cukup berarti.
  • Terapi komponen darah (Endoskopi, Ultrasonografi, Laparoskopi)
    Dilakukan pada periode pre operatif.
  • Terapi ajufan
  1. Kemoterapi
  2. Terapi radiasi
  3. Imunotropi
Dilakukan/dapat digunakan pada periode pre operatif,intraoperatif dan post operatif.
  • Alat radiasi intrakovitas
    Digunakan pasca operasi untuk mengurangi resiko kekambuhan tumor dengan cara diimplantasikan.
Metode pentahapan yang sering digunakan secara luas adalah klasifikasi duke :
Kelas A        : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B        : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C        : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D        : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).
Penatalaksanaan bedah :
  • Kolonoskopi
    Untuk kanker yang terbatas pada satu sisi.
  • Polipektomi
    Metode dalam kolostomi laparoskopik agar dapat meminimalkan area pembedahan pada beberapa usus.
  • Laser Nd:YAG
    Efektif untuk lesi A,B dan C
    Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan prosedur pembedahan tumor sebagai berikut (menurut Duoghty & Jackson,1993)
  1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengngkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan,pembuluh darah dan nodus limfatik.
  2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan persi sigmoid dan semua rektum dan sfingter anal).
  3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi).
  4. Kolostmi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi).
    (Brunner & suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah ed.8,hal. 1127).

  1. KOMPLIKASI
  • Hemmoragi (perdarahan)
  • Syok
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN SEHUBUNGAN DENGAN NEOPLASMA, Ca. RECTI
  1. PENGKAJIAN

    1. Anamnese
      1. Identitas pasien.
      2. Identitas penanggung jawab.
    2. Keluhan utama
  • Dilihat dari tanda dan gejala penyakit.
  1. Riwayat penyakit sekarang
  • Dengan format P Q R S T
  1. Riwayat penyakit dahulu
  2. Riwayat penyakit keluarga
  3. Pola kebiasaan
    1. Pemeliharaan kesehatan.
    2. Pola pelatihan aktivitas.
    3. Pola nutrisi.
    4. Pola istirahat dan tidur.
    5. Pola eliminasi.
    6. Riwayat spiritual,sosial dan konsep diri.
  1. KELUHAN UTAMA PASIEN
  • Nyeri abdomen / rektum.
  • Konsultasi feses terdapat darah.
  • Konsultasi adanya kecemasan kehilangan anggota tubuh dan perubahan fungsi tubuh.
  1. PEMERIKSAAN FISIK
    Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
    1. Tonus sfingterani keras/lembek.
    2. Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
    3. Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba ataupun tidak.
  2. PROSEDUR DIAGNOSTIK
  • Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT).
  • Sigmoidoskopi
  • Kolonoskopi
  • Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema)
  • Pemeriksaan rektal secara digital
ANALISA DATA

PRE OPERASI

NO 
DATA 
ETIOLOGI 
MASALAH 
1 
DS :



DO :


 
klien mengeluh pada daerah rektal

  • klien tampak meringis menahan sakit.
  • klien tampak lemah

 
Ca. Recti


Mendesak jaringan disekitarnya


mengeluarkan zat neurotransmiter


Medulla spinalis


Medulla oblongata


Korteks serebri


Nyeri
Nyeri
2
DS :


DO : 
Klien mengatakan takut untuk operasi karena resiko kematian

  • klien tampak cemas
  • klien gelisah
  • wajah klien tampak murung
Ca. Recti


Takut mati, takut perubahan pada kehidupan sosial


Gangguan konsep diri



Berduka
Berduka / antisipasi
3
DS :





DO : 
Klien mengatakan badannya terasa lemah


  • klien tampak lemah
  • klien tampak pucat

 
Ca. Recti


Metastasis


hipermetabolik dan asupan nutrisi tetap


nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan
nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan

POST OPERASI
NO 
DATA 
ETIOLOGI 
MASALAH 
1 
DS :





DO :


 
klien mengatakan nyeri pada daerah pembedahan



  • klien tampak lemah
  • klien tampak meringis menahan nyeri
  • nyeri skala 8

 
Pembedahan


terputusnya kontinuitas jaringan


mengeluarkan zat neurotransmiter


Medulla spinalis


Medulla oblongata


Korteks serebri


Nyeri
Nyeri
2 
DS :

DO : 
-



  • terdapat luka irgasi pembedahan
Pembedahan


Terputusnya kontinuitas jaringan


Port de entry


Resiko infeksi
Resiko infeksi
3 
DS :





DO : 
Klien mengatakan kotor didaerah badannya



Tampak badan klien kotor dan kurang terawat
Ca. Recti


pembedahan


Imobilisasi/
Bedrest (istirahat total)



ADL terganggu


Defisit perawatan diri
Defisit perawatan diri

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN SEHUBUNGAN DENGAN NEOPLASMA, Ca. RECTI

PRE OPERASI
DIAGNOSA 1
Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
TUJUANINTERVENSI RASIONAL EVALUASI 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi.
  • Kaji tingkat nyeri.
  • Berikan tehnik distraksi dan relaksasi
  • Berikan lingkungan yang nyaman pada klien.
  • Berikan analgetik sesuai prosedur/instruksi dokter.
  • Untuk mengetahui seberapa dalam nyeri yang dirasakan.
  • Agar membantu mengurangi rasa sakit.
  • Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
  • Nyeri adalah komplikasi serng pada kanker,dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
Nyeri yang dirasakan klien tidak dirasakan lagi.

DIAGNOSA 2
Berduka sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena resiko kematian.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat informasi yang diperukan dan dapat mengembalikan kepercayaan diri seperti semula.
  • Kaji klien/orang terdekat terhadap duka yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan.
  • Perkirakan syok awal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang menimbulkan trauma.
  • Diskusikan informasi yang diperlukan klien
  • Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah dan penolakan
  • Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka.
  • Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.
  • Untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien.
  • Pasien merasa terdukung mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dapat dialami oleh orang lain dalam situasi sulit.
Klien memperoeh pengetahuan akan penyakitnya dan klien dapat beraktivitas dengan normal,merencanakan masa depan.

DIAGNOSA 3
Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan hipermetabolik akibat kanker.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan BB stabil dan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat dan pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan.
  • Pantau masukan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
  • Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama sehari.
  • Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan. Dorong pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman.
  • Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.

     
  • Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi kekuatan.
  • Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa) dan suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan maskan kalori da protein adekuat.
  • Membuat waktu makan lebih menyenangkan,yang dapat meningkatkan masukan
  • Sering sebagai sumber distres emosi khususna untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak orang terdekat dapat merasa ditolak/frustasi.
BB stabil dan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat dan klien mampu berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan. 

POST OPERASI
DIAGNOSA 1
Nyeri pada post operasi sehubungan dengan pembedahan.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi. 
  • Kaji tingkat nyeri.
  • Atur posisi pasien senyaman mungkin.
  • Ajarkan tenik distraksi dan relaksasi.
  • Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik
  • Bermanfaat dalam evaluasi.
  • Nyeri menentukan efektivitas terapi.
  • Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping pasien.
  • Membantu memfokuskan perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri.
Klien mengungkapkan tidak nyeri lagi,nyeri berkurang dan klien tidak tampak meringis dan menahan sakit lagi.

DIAGNOSA 2
Resiko infeksi sehubungan dengan adanya luka akibat pembedahan.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami infeksi akibat mikroorganismelalui luka pembedahan.
  • Observasi tanda-tanda infeksi.
  • Gunakan tehnik septik dalam setiap tindakan keperawatan terhadap luka pembedahan.
  • Tekankan higiene personal.
  • Pengontrolan tanda-tanda infeksi sejak dini.
  • Mencegah masuknya mikroorganisme melalui luka pembedahan.
  • Membantu potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.
Tanda-tanda infeksi tidak terjadi.

DIAGNOSA 3
Defisit perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan defisit keperawatan diri pasien

dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : kuku dan kulit pasien tidak kotor.
  • Ajakan pada keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien seperti mandi dan makan.
  • Bantu perawatan diri/personal hygiene klien seperti perawatan kuku,rambut dan kulit.
  • Salah satu pemenuhan rasa nyaman.
  • Salah satu pemenuhan rasa nyaman.

     
Kebutuhan dasar aktivitas pasien terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A Perry, Anne Griffin. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan keterangan Istilah. Jakarta : EGC.
www.google.com//kanker rectum/PCC (Parkway Cancer Centre).














 

0 komentar:

Blogger Community

Hits

hit counter code

MMM INDONESIA

Komen