Sabtu, 18 Desember 2010

ASKEP LEUKIMIA


 

LEUKEMIA


 

  1. Definisi

    Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001).

    Leukemia adalah suatu keganasan pada pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang belakang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).


 

  1. Etiologi

    Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:

    1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
    2. Radiasi.
    3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.
    4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
    5. Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome.


 

  1. Patofisiologi
    1. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia.
    2. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
    3. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisms. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
    4. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesan hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian.


  1. Komplikasi
    1. Sepsis.
    2. Perdarahan.
    3. Gagal organ.
    4. Iron Deficiency Anemia ( IDA) .
    5. Kematian.


 

  1. Manifestasi Klinis
    1. Pilek tidak sembuh-sembuh.
    2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi.
    3. Demam dan anorexia.
    4. Berat badan menurun Ptechiae, memar tanpa sebab.
    5. Nyeri pada tulang dan persendian.
    6. Nyeri abdomen.
    7. Lymphedenopathy.
    8. Hepatosplenomegaly.
    9. Abnormal WBC.


       

  2. Pemeriksaan Diagnostik
    1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat lekosit yang imatur
    2. Aspirasi sumsum tulang (BMP) : hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
    3. Biopsi sumsum tulang
    4. Lumbal Pungsi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi


 

  1. Penatalaksanaan Terapeutik
    1. Pelaksanaan kemoterapi
    2. Irradiasi kranial
    3. Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi: induksi, Profilaksis Sistem saraf pusat, dan Konsolidasi.


 


 

  1. Pengkajian
    1. Identitas

    Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

    1. Riwayat Kesehatan

      1. Keluhan utama

        Pada anak pra sekolah keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.

      2. Riwayat kesehatan masa lalu

        Pada penderita sering ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr, htlv-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.

    2. Pola Persepsi – Mempertahankan Kesehatan

    Tidak spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.

    1. Pola Latihan dan Aktivitas

    Anak penderita sering ditemukan mengalami penurunan kordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Anak sering dalam keadaan umum lemah, rewel, dan ketidakmampuan melaksnakan aktivitas rutin seperti berpakaian, mandi, makan, toileting secara mandiri. Dari pemeriksaan fisik dedapatkan penurunan tonus otot, kesadaran somnolence, keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya murmur, kulit pucat, membran mukosa pucat, penurunan fungsi saraf kranial dengan atau disertai tanda-tanda perdarahan serebral. Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan, dapat ditemukan adanya dyspnea, tachipnea, batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara nafas. Penderita mudah mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, demam, lebam, purpura, perdarahan gusi, epistaksis.

    1. Pola Nurisi

    Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic leukemia)

    1. Pola Eliminasi

    Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.

    1. Pola Tidur dan Istrahat

    Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.

    1. Pola Kognitif dan Persepsi

    Anak penderita sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan "seizure activity", adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.

    1. Pola Mekanisme Koping dan Stress

    Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.

    1. Pola Seksual

    Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji

    1. Pola Hubungan Peran

    Pasien anak-anak usia pra sekolah merasa kehilangan kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.

    1. Pola Keyakinan dan Nilai

    Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.

  2. Diagnosa Keperawatan
  • Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
  • Risiko injury ; perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor pembekuan.
  • Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan cancer cahexia.
  • Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi, radiotherapi.
  • Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostik, efek fisiologis neoplasma.
  • Perubahan proses keluarga berhubungan dengan memiliki anak dengan kondisi yang mengancam kehidupan.
  • Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual/potensial.


 


 

  1. Perencanaan
  • Anak tidak akan mengalami gejala-gejala infeksi.
  • Anak tidak akan menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan dan dilindungi terhadap kernungkinan terjadinya perdarahan.
  • Anak tidak akan mengalami mual atau muntah.
  • Anak akan menerima suplai nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan perkembangan normal.
  • Anak akan mempertahankan keutuhan kulit dan menunjukkan efek negatif kemoterapi yang minimal.
  • Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau dapat mengurangi rasa nyeri sesuai dengan tingkat adaptasi anak.
  • Keluarga akan mendapatkan dukungan yang adekuat.
  • Anak/keluarga akan mengekspresikan perasaannya/ketakutannya terhadap proses penyakit dan kemungkinan meninggal.


     


     


     


     

  1. Implementasi
  • Mencegah risiko infeksi
    • Tempatkan anak dalam ruangan khusus untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi.
    • Anjurkan pengunjung atau staf melakukan teknik mencuci tangan yang baik.
    • Gunakan teknik aseptik utnuk seluruh prosedur invasif.
    • Monitor tanda vital anak.
    • Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
      seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, masalah gigi.
    • Hindari penggunaan temperatur rektal, supositoria atau enema.
    • Berikan waktu yang sesuai antara aktivitas dan istirahat.
    • Berikan diet nutrisi secara lengkap.
    • Berikan vaksinasi dari virus yang tidak diaktifkan (misalnya varicella, polio salk, influenza).
    • Monitor penurunan jumlah lukosit yang menunjukkan anak memiliki risiko yang besar untuk terkena infeksi.
    • Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.


       

  • Mencegah risiko injury; perdarahan
    • Evaluasi kulit dan membran mukosa setiap hari.
    • Laporkan setiap tanda-tanda terjadi perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, pucat, diaforesis, meningkatnya kecemasan).
    • Periksa setiap urin atau tinja terhadap adanya tanda-tanda perdarahan.
    • Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi.
    • Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral hygiene.
    • Hindari untuk pemberian aspirin.
    • Lakukan pemeriksaan darah secara teratur.
    • Kaji adanya tanda-tanda terlibatnya sistem saraf pusat (sakit kepala, penglihatan kabur).


       


       

  • Mencegah risiko kurangnya volume cairan
    • Berikan antiemetik awal sebelum dilakukan kemoterapi.
    • Berikan antiemetik secara beraturan pada waktu program kemoterapi.
    • Kaji respon anak terhadap antiemetic.
    • Hindari memberikan makanan yang memiliki aroma yang merang- sang mual atau muntah.
    • Anjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering.
    • Kolaborasi untuk pemberiancairan infus untuk mempertahankan hidrasi.


 


 

  • Memberikan nutrisi yang adekuat.
    • Berikan dorongan pada orang hia untuk tetap rileks pada saat anak makan.
    • Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
    • Berikan makanan yang disertai dengan suplernen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
    • Ijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pernilihan makanan.


       

  • Mencegah kerusakan integritas kulit
    • Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
    • Berikan perawatan kulit khususnya daerah perianal dan mulut.
    • Ganti posisi dengan sering.
    • Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat.


       

  • Mencegah atau mengurangi nyeri
    • Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri.
    • Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri.
    • Evaluasi efektivitas terapi pengurangan rasa nyeri dengan melihat derajat kesadaran dan sedasi.
    • Berikan teknik mengurangi rasa nyeri nonfarmakologi.
    • Berikan pengobatan anti nyeri secara teratur untuk mencegah timbulnya nyeri yang berulang.
  • Meningkatkan peran keluarga
    • Jelaskan alasan dilakukannya setiap tindakan.
    • Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
    • Jelaskan orang tua tentang proses penyakit.
    • Jelaskan seluruh tindakan yang dapat dilakukan oleh anak.
    • Jadwalkan waktu bagi keluarga dan anak bersama-sama tanpa diganggu oleh staf RS.
    • Dorong keluarga untuk mengekspresikan perasaannya sebelum anak didiagnosis menderita keganasan dan prognosis anak buruk.
    • Diskusikan dengan keluarga bagaimana mereka akan mengatakail kepada anak tentang pengobatan anak dan kemungkinan terapi tambahan.


       

  • Antisipasi berduka
    • Kaji tahapan berduka pada anak/keluarga.
    • Berikan dukungan pada respon adaptif yang diberikan klien, rubah respon maladatif.
    • Luangkan waktu bersama anak untuk memberikan dukungan pada anak agar mengekspresikan perasaannya atau ketakutannya.
    • Fasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya melalui bermain.


       

  1. Perencanaan Pemulangan
  • Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping.
  • Berikan support lingkungan yang aman.
  • Instruksikan untuk menginformasikan jika terdapat gejala-gejala
    kekambuhan dan hal yang harus dilakukan jika terjadi kekambuhan.
  • Jelaskan hal-hal perawatan yang diperlukan oleh anak di rumah.
  • Kontrol ke pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Carpenito, Lynda Ju. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.


 

Carpenito, Lynda Ju. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.


 

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.


 

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


 

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.


 

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.


 

Matondang, Corry S. (2000) Diagnosis Fisis Pada Anak.
Edisi ke 2, PT. Sagung Seto. Jakarta.


 

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.


 

Santosa NI. (1989). Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Depkes RI. Jakarta.

0 komentar:

Blogger Community

Hits

hit counter code

MMM INDONESIA

Komen