Daftar Askep
Asuhan KeperawatanPost Op Fraktur Cruris
Asuhan Keperawatan
Post Op Fraktur Cruris
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stres lebih besar dari kemampuannya untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002). Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia cenderung turun, yaitu 47.401 orang pada tahun 1989 menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 per 100.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada di wilayah Kalimantan Timur yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diistegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2007 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari hasil survey tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Respon cemas (ansietas) adalah reaksi normal terhadap ancaman stress dan bahaya. Ansietas merpakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang dibayangkan. respon cemas merupakan reaksi umum yang terjadi terhadap perubahan status kesehatan yang dirasakan sebagai ancaman: ancaman umum terhadap kehidupan, kesehatan dan keutuhan tubuh, pemajanan dan rasa malu, ketidaknyaman akibat nyeri dan keterbatasan gerak.
Di Sumatera Selatan berdasarkan data dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 didapatkan sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Dinkes Pemrov Sumsel, 2008). Sementara itu pada tahun yang sama di Rumah Sakit Umum Kota Prabumulih tercatat terdapat 676 kasus fraktur dengan distribusi 86,2% fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup. Berdasarkan catatan rekam medik RSUD Kota Prabumulih diketahui 68,14% jenis fraktur yang terjadi adalah fraktur ektremitas bawah (Medikal Record RSUD Kota Prabumulih, 2008).
Data yang diperoleh dari Medikal Record Rumah Sakit RK Charitas jumlah penderita fraktur pada tahun 2008 sebanyak 51 orang, tahun 2009 sebanyak 51 orang dan dari bulan Januari sampai dengan Juni 2010 sebanyak 11 orang
Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa fraktur memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Apabila dilihat data prevalensi yang diperoleh dari Rumah Sakit RK Charitas, Sebagai perawat tentunya akan berusaha semaksimal mungkin memberikan perawatan terhadap penderita fraktur/ patah tulang secara menyeluruh proses pemulihan dan penyembuhan dapat lebih cepat tanpa adanya komplikasi dari penyakit tersebut. Untuk itulah penulis memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan fraktur cruris dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul, "Asuhan Keperawatan pada Tn."M" dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris di Pavilyun Lukas Kamar 8-2 Rumah Sakit RK Charitas Palembang.
- Ruang Lingkup Penulisan
Mengingat peran dan fungsi sebagai calon perawat serta karena keterbatasan waktu yang penulis miliki maka dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada Asuhan Keperawatan Tn."M" dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
Pengkajian ini hanya terbatas hanya pada satu orang klien saja yang dikaji selama tiga hari dari tanggal 14 Juli 2010 sampai dengan tanggal 15 Juli 2010 di Paviliun Lukas kamar 8-2 Rumah Sakit RK. Charitas Palembang.
- Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar penulis menerapkan suatu konsep tentang Asuhan Keperawatan secara langsung kepada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris dengan metode pendekatan proses keperawatan.
- Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu :
- Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
- Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
- Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris
- Melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
- Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
- Ruang Lingkup Penulisan
- Metode Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya menggambarkan secara objektif dimulai dari pengumpulan sampai evaluasi dan selanjutnya menyajikan dalam bentuk narasi. Dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan data melalui :
- Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dengan menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup, penulis bertanya langsung kepada klien dengan demikian akan memudahkan penulis untuk mengetahui masalah keperawatan klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
- Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi, palpasi , perkusi, dan auskultasi, dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada.
- Observasi
Penulis melakukan pengamatan untuk mendapatkan data yang objektif dilakukan langsung terhadap klien secara nyata, selanjutnya penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pengamatan sehingga data yang didapatkan menjadi lengkap.
- Studi Dokumentasi
Penulis menggunakan berbagai sumber buku sebagai referensi yang membahas tentang gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris
- Metode Kepustakaan
Untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini maka penulis mengumpulkan data-data dengan menggunakan berbagai buku sumber.
- Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB, masing-masing BAB berisi tentang :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini terdiri dari konsep dasar medis yang terdiri dari: pengertian, anatomi fisiologi, patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan, sedangkan secara asuhan keperawtan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan, discharge planning, dan patoflow diagram.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Merupakan penerapan dari tindakan Asuhan Keperawatan yang terjadi pada klien secara langsung dengan pendekatan proses keperawatan antara lain, pengkajian keperawatan, patoflow kasus, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan yang membahas adanya kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
- Konsep Dasar Medik
- Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2002). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringau tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005), Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doengoes, 2000). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001).
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stres lebih besar dari kemampuannya untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002).
Fraktur Tibia Proksimal disebut juga bumper fracture atau fraktur tibia plateau. Fraktur tibia proksimal biasanya terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi tanah (Arif Mansjoer, 2000)
Berdasarkan batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma.
- Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Struktur tulang panjang
(sumber : http://ephie2.wordpress.com/2009/12/16/kinesiologi/)
Tulang
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan fungsi sistem muskuloskeletal sangat bergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan pare. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Pembagian skeletal, yaitu:
- Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.
- Apendikular skeleton terdiri dari:
- Kerangka tulang lengan dan kaki
- Ekstremitas atas (skapula, klavikula, humerus, ulna, radial) dan tangan (karpal, metakarpal, falang)
- Ekstremitas bawah (tulang pelvils, femur, patela, tibia, fibula) dan kaki (tarsal, metatarsal, falang).
Ada empat jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tidak beraturan.
- Tulang panjang
Tulang panjang (misalnya femur, humerus) bentuknya silindris dan berukuran panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan kedua ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang kanselus.
- Tulang pendek
Tulang pendek (misalnya falang,carpal) bentuknya hampir sama dengan tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil daripada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan kecil.
- Tulang pipih
Tulang pipih (misalnya sternum, kepala, skapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak di bawahnya. Tulang pipih terdiri atas dua lapisan tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periosteum yang dilewati oleh dua kelompok pembuluh darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.
- Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan (misalnya; vertebra, telinga tengah) mempunyai bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi periosteum kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang pipih. Periosteum ini memberi dua kelompok pembuluh darah untuk menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.
- Klasifikasi Fraktur
Beberapa klasifikasi fraktur menurut beberapa ahli. Fraktur tertutup (fraktur simpel) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak dirembus oleh fragmen tulang. Sedangkan fraktur, terbuka (fraktur komplikata/kompleks/compound) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Konsep penting yang harus diperhatikan pada fraktur terbuka adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut.
Jenis fraktur antara lain
- Fraktur tidak komplet (Incomplete, patah hanya terjadi pada sebagian dari baris tengah tulang.
- Fraktur komplet (Complete), patah pada seluruh garis tulang dan biasanya mengalami pergeseran (dari yang normal).
- Fraktur Tertutup, patah tulang, tidak menyebabkan robeknya kulit.
- Fraktur Terbuka, patah yang membus kulit dan tulang berhubungan dengan dunia luar.
- Fraktur Kominitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa gragmen.
- Fraktur Green stick,
fraktur yang salah satu sisi tulang patah sedang satu sisi lainnya membengkok. - Fraktur kompresi : fraktur dengan tulang mengalami kompresi (tulang belakang).
- Fraktur depresi, fraktur yang fragmen tulangnya terdorong ke dalam (tulang tengkorak dan wajah)
- Etiologi
- Trauma/ kecelakaan
- Gerakan pintir mendadak
- Kontraksi otot ekstem
- Trauma/ kecelakaan
- Patofisiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer, 2002). Umunmya fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan rneningkatnya insides osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause (Reeves, 2001).
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera; emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih; dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera. Komplikasi awal lainnya yang herhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli, (emboli paru), yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera; dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
- Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Smeltzer, 2002). Gejala umum fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
Tanda dan gejala yang umum ditemukan antara lain :
- Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.
- Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
- Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
- Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
- Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
- Komplikasi
- Syok Hipovolemik
- Sindrom emboli lemak
- Infeksi
- Nekrosis Tulang
- Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan jenis fraktur.
- Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
- Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskular.
- Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma). Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.
- Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
- Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multipel atau cedera hati.
- Penatalaksanaan
- Non Operatif
Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, antara lain;
- Perban elastic (Teknik Robert Jones)
- Memasang gips (Long leg plaster)
- Traksi skeletal menurut cara Appley, klien tidur terlentang, pada tibia 1/3 proximal dipasang Steinmann pin, langsug ditarik dengan beban yang cukup (> 6 Kg) sementara dilakukan tarksi, lutut klien yang cidera dapat digerakkan.
- Operatif
Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau permukaan sendi tibia amblas lebih dari 2 mm, dilakukan reduksi terbuka dan dipasang fiksasi interna1dengan batress plate dan cancellous screw.
- Konsep Dasar Keperawatan
- Pengkajian
Segera setelah menerima klien dari kamar operasi, perawat memeriksa klien berdasarkan status pemeriksaan kewaspadaan meliputi tanda vital, irama jantung, kecepatan dan efisiensi pernapasan, saturasi oksigen, patensi intravena, serta kondisi saat pembedahan. Khusus pembedahan ortopedi, perawat mengkaji ulang kebutuhan klien berkaitan dengan nyeri, perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas, dan konsep diri.
Trauma skelet dan pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot, dan sendi dapat mengakibatkan nyeri. Perfusi jaringan harus dipantau karena edema dan perdarahan ke dalam jaringan dapat memperburuk peredaran darah dan mengakibatkan sindrom kompartemen. Anestesi umum, analgesik dapat menyebabkan kerusakan fungsi dari berbagai sistem. Pengkajian Beberapa masalah kolaborasi atau risiko komplikasi yang dapat terjadi pada klien pascaoperasi ortopedi adalah syok hipovolemia, atelektasis, pneumonia, retensi urine, infeksi, dan trombosis vena profunda. Penyakit tromboembolik, merupakan salah satu dari semua komplikasi yang paling sering dan paling berbahaya pada klien pascaoperasi ortopedi. Usia lanjut, hemostasis, pembedahan ortopedi ekstremitas bawah, dan imobilisasi merupakan faktor-faktor risiko. Pengkajian tungkai bawah harus dilakukan setiap hari, dari adanya nyeri tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis serta tanda Homan positif. Temuan abnormal harus dilaporkan pada tim medis. Juga perlu dikaji terjadinya emboli lemak, yang ditandai adanya perubahan pola napas, tingkah laku, dan penurunan tingkat kesadaran klien.
Peningkatan suhu dalam 48 jam pertama sering kali berhubungan dengan atelektasis atau masalah pernapasan lain. Peningkatan suhu pada beberapa hari kemudian, sering berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Infeksi superfisial memerlukan sekitar lima sampai sembilan hari kemudian.
- Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien pascaoperasi ortopedi adalah sebagai berikut.
- Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
- Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran darah.
- Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi (misal bidai, traksi, gips).
- Perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri berhubungan dengan dampak masalah musculoskeletal
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive.
- Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien postoperatif ortopedi disusun seperti berikut ini meliputi diagnosis keperawatan, tindakan, dan kriteria
- Diagnosis Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
Hasil yang diharapkan :
- Klien melaporkan nyeri berkurang/ hilang:
- Menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.
- Kadang menggunakan obat per oral untuk mengontrol ketidaknyamanan.
- Meninggikan ekstremitas untuk mengontrol pembengkakan dan ketidaknyamanan.
- Bergerak dengan lebih nyaman
Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri meliputi skala, intensitas, dan jenis nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui karakteristik nyeri agar dapat menentukan diagnosa selanjutnya.
- Kaji adanya edema, hematom, dan spasme otot.
Rasional : Adanya edema, hematom dan spasme otot menunjukkan adanya penyebab nyeri
- Tinggikan ekstremitas yang sakit.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi edema dan mengurangi nyeri.
- Berikan kompres dingin (es).
Rasional : Menurunkan edema dan pembentukan hematom
- Ajarkan klien teknik relaksasi, seperti distraksi, dan imajinasi terpimpin.
Rasional : Menghilangkan / mengurangi nyeri secara non farmakologis
- Laporkan kepada tim medik, bila nyeri tidak terkontrol.
Rasional : Agar dapat menentukan terapi yang tepat
- Berikan obat-obatan analgetik sesuai order.
Rasional : Pemberian rutin mempertahankan kadar analgesic darah secara adekuat, mencegah fluktuasi dalam menghilangkan nyeri.
- Diagnosis Keperawatan: Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran darah.
Hasil yang diharapkan :
- Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat:
- Warna kulit normal.
- Kulit hangat.
- Respons pengisian kapiler normal (c 3 detik).
- Perasaan dan emosi normal.
- Memperlihatkan pengurangan pembengkakan.
Intervensi :
- Kaji status neurovaskular (misal warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, nyeri, edema, parestesi, gerakan).
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya
- Tinggikan ekstremitas yang sakit.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi edema dan mengurangi nyeri.
- Balutan yang ketat harus dilonggarkan.
Rasional : Untuk memperlancar peredaran darah.
- Anjurkan klien untuk melakukan pengesetan otot, latihan pergelangan kaki, dan "pemompaan" betis setiap jam untuk memperbaiki peredaran darah.
Rasional : Latihan ringan sesuai indikasi untuk mencegah kelemahan otot dan memperlancar peredaran darah.
- Laporkan kepada tim medis jika peredaran darah mengalami gangguan
Rasional : Agar dapat menentukan intervensi yang tepat.
- Diagnosis Keperawatan: Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kehilangan kemandirian
Hasil yang diharapkan :
- Klien memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan.
- Mengubah posisi sendiri untuk menghilangkan tekanan pada kulit.
- Menjaga hidrasi yang adekuat.
- Berhenti merokok.
- Melakukan latihan pernapasan.
- Bergabung dalam latihan penguatan otot.
Intervensi :
- Bantu klien untuk merubah posisi setiap 2 jam.
Rasional : Untuk mencegah tekanan pada kulit sehingga terhindar pada luka decubitus.
- Pantau adanya luka akibat tekanan.
Rasional : Untuk mengetahui tindakan selanjutnya.
- Lakukan perawatan kulit, lakukan pemijatan dan minimalkan tekanan pada penonjolan tulang.
Rasional : Untuk menjaga kulit tetap elastic dan hidrasi yang baik.
- Kolaborasi kepada tim gizi; pemberian menu seimbang dan pembatasan susu.
Rasional : Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.
- Diagnosis Keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi (misal bidai, traksi, gips)
Hasil yang diharapkan :
- Klien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik.
- Meminta bantuan bila bergerak.
- Meninggikan ekstremitas yang bengkak setelah bergeser.
- Menggunakan alat imobilisasi sesuai petunjuk.
- Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran
Intervensi :
- Bantu klien menggerakkan bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan yang adekuat.
Rasional : Agar dapat membantu mobilitas secara bertahap
- Ekstremitas ditinggikan dan disokong dengan bantal.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi edema dan mengurangi nyeri
- Nyeri dikontrol dengan bidai dan memberikan obat anti-nyeri sebelum digerakkan.
Rasional : Mengurangi nyeri sebelum latihan mobilitas
- Ajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, walker, kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan.
Rasional : Alat bantu gerak membantu keseimbangan diri untuk latihan mobilisasi
- Diagnosis Keperawatan: Perubahan konsep diri; citra diri, harga diri, dan peran diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri.
Hasil yang diharapkan :
- Klien memperlihatkan konsep diri yang positif:
- Mendiskusikan perubahan sementara atau menetap terhadap perubahan citra tubuh.
- Mendiskusikan kinerja peran.
- Mempunyai pandangan diri dan mampu menerima tanggung jawab.
- Berpartisipasi aktif dalam merencanakan perawatan dan dalam program terapeutik.
Hasil yang diharapkan :
- Dorong klien mengungkapkan perasaan dan rasa ketakutan, mengenai perubahan konsep diri.
Rasional : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup
- Bantu klien dalam penerimaan perubahan citra diri sesuai kebutuhan klien.
Rasional : Agar pasien dapat memahami perubahan citra diri dengan proses rekonstruksi perbaikan pada dirinya.
- Jelaskan setiap kesalahpahaman yang di alami klien, untuk membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas fisik dan konsep diri.
Rasional : Salah memberikan informasi akan berakibat salah persepsi.
- Susun sasaran dan tujuan yang akan dicapai bersama klien.
Rasional : Agar proses penyampaian informasi tersusun sesuai rencana.
- Anjurkan dan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri sendiri mandiri sesuai kemampuan.
Rasional : Perawatan diri secara mandiri dapat menambah kepercayaan dalam diri klien.
- Berikan dukungan dan pujian terhadap upaya klien.
Rasional : Dukungan bantuan orang terdekat memotivasi dan membantu proses rehabilitasi.
- Anjurkan keluarga/orang terdekat untuk mendukung penyembuhan klien dengan dampak masalah muskuloskeletal.
Rasional : Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat membantu proses penyembuhan penyakit klien.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi Infeksi
Intervensi :
- Kaji respon pasien terhadap pemberian antibiotik
Rasional : Untuk menentukan antibiotic yang tepat untuk pasien
- Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan suhu tubuh di atas normal menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
- Pantau luka operasi dan cairan yang keluar dari luka
Rasional : Adanya cairan yang keluar dari luka menunjukkan adanya tanda infeksi dari luka.
- Pantau adanya infeksi pada saluran kemih
Rasional : Retensi urine sering terjadi setelah pembedahan
- Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.
- Evaluasi
- Nyeri berkurang sampai dengan hilang
- Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer
- Pemeliharaan kesehatan terjaga dengan baik
- Dapat melakukan mobilitas fisik secara mandiri.
- Tidak terjadi perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri
BAB III
TINJAUAN KASUS
- Pengkajian Keperawatan
Nama Mahasiswa yang Mengkaji : Mediyanto NIM : 10.01.07.0813
Progran Studi : D III Keperawatan
Unit : Penyakit Bedah Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2010
Ruang/Kamar : Lukas 1 / 8 - 2 Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tanggal Masuk RS : 12 Juli 2010 Auto Anamnese : Klien
Tanggal operasi : 13 Juli 2010 jam 10.00WIB Allo Anamnese : Keluarga
- Identifikasi
- Klien
Nama Initial : Tn."M"
Tempat / Tanggal Lahir (Umur) : (18 Tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama / Suku : Islam / Melayu
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Jl. Jenderal Sudirman (Pahlawan)
b. Penanggung jawab
Nama : Ny. "K"
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman (Pahlawan)
Hubungan dengan Klien : Orang Tua
- Data Medik
Klien dikirim oleh UGD dengan diagnosa medik saat masuk klien mengalami Fraktur Cruris Dextra dan saat pengkajian Post Op fraktur Cruris Dextra.
- Keadaan Umum
- Keadaan Sakit
Klien tampak sakit sedang karena klien tampak berbaring lemah, klien terpasang selang cateter. Terpasang infuse asering 20 tts/mnt.
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dikaki sebelah kanan karena luka operasi pemasangan pen di kaki sebelah kanan.
- Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan pada tanggal 12 Juli 2010 klien mengalami kecelakaan antara motor dengan motor, kecelakaan terjadi pada malam hari, sekitar jam 20.00 WIB di Kambang Iwak lalu klien di bawa ke bagian gawat darurat Rumah sakit Charitas kemudian dianjurkan opname oleh dr."T" karena menggalami fraktur pada kaki kanan. Kemudian klien dirawat di Pavilyun Lukas I bagian bedah. Klien dianjurkan oleh dokter untuk operasi, operasi dilakukan pada hari Selasa tanggal 13 Juli 2010 pukul 10.00 WIB. Saat pengkajian tanggal 14 Juli 2010 klien mengatakan nyeri dikaki kanan, tampak kaki sebelah kanan terbalut elastis perban, kaki tampak bengkak, kaki kanan baru di operasi pemasangan pen; plat 8, hole 1 dan screw 8 buah.
- Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit dimasa lalu.
- Tanda-tanda Vital
- Kesadaran
Kesadaran klien secara kualitatif yaitu compos mentis dan secara kuantitatif berdasarkan Skala Coma Glasgow diperoleh hasil; respon motorik dengan skala 6, respon bicara dengan skala 5, respon membuka mata dengan skala 4 sehingga berjumlah 15 dengan kesimpulan klien sadar penuh/tidak koma. Flapping Tremor negatif
- Tekanan Darah : mmHg, MAP : mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
- Suhu : 36,5ºC
- Pernafasan klien 18x/menit dengan irama teratur dan jenis dada dan perut.
- Nadi : 86 x/menit
- Pengukuran
Tinggi Badan klien 175 cm dan berat badan 65 kg sehingga IMT klien adalah
Kesimpulan : berat badan ideal.
- Genogram
- Kajian Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
- Riwayat Penyakit yang Pernah Dialami
Klien belum pernah di rawat di rumah sakit
- Data Subyektif
- Keadaan Sebelum Sakit
Klien menyatakan sebelum sakit, klien hanya seorang pelajar/ mahasiswa Perguruan Tinggi. Klien mengatakan kalau sakit demam hanya berobat ke dokter umum dan sembuh. Kebiasaan mandi sehari 3 kali.
- Keadaan Sejak Sakit
Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat menjalani aktivitasnya sehari-hari karena kaki sebelah kanan patah. Klien selalu minum obat yang diberikan oleh perawat. Mandi hanya dilap saja di tempat tidur.
- Data Obyektif
- Keadaan rambut bersih, kulit kepala bersih tidak ada ketombe dan, rongga mulut bersih tidak ada sisa makanan maupun bau mulut, kebersihan genetalia bersih, kebersihan anus bersih.
- Kajian Pola Nutrisi Metabolik
- Data Subyektif
- Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari (jenis ; nasi, lauk-pauk, dan sayur), klien, klien minum 7-8 gelas sehari dengan jenis air putih dan teh.
- Keadaan Sejak Sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari, (jenis ; nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah), klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan Rumah Sakit, minum 6 gelas sehari dengan jenis air teh dan air putih klien tidak ada gangguan pada pola makannya.
- Data Obyektif
- Observasi
Klien tampak menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan di Rumah sakit.
- Pemeriksaan Fisik
Keadaan nutrisi rambut bersih,berwarna hitam, hidrasi kulit elastic dan lembab, palpebrae anedema, conjungtiva an anemis, selera an ikterik, rongga mulut bersih tidak ada stomatitis, gusi bersih, berwarna merah muda, gigi geligi utuh tidak ada gigi palsu,klien mampu mengunyah buah apel, lidah bersih berwarna merah muda, tonsil T1 tidak ada pembesaran, pharing tidak ada pembesaran, kelenjar parotis dan tyroid tidak ada pembesaran.
Abdomen inspeksi bentuk simetris, bayangan vena tidak ditemukan, benjolan masa tidak ditemukan, auskultasi peristaltik 16x/menit, pada palpasi tidak ditemukan adanya nyeri tekan,masa tidak ada hidrasi kulit elastis, perkusi tympani ascites negative, kelenjar limfe inguninal tidak teraba ada pembesaraan.
Kulit tidak ditemukan uremic frost, edema, icteric, dan tanda-tanda radang terdapat luka operasi difomur dan tibia.
- Kajian Pola Eliminasi
- Data Subyektif
- Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan BAB 1x sehari, dengan konsistensi bentuk lembek, warna kuning, BAK 4-5x sehari dengan warna kuning jernih.
- Keadaan Sejak Sakit
Klien mengatakan sejak dirawat di rumah sakit, klien BAB ditempat tidur, dibantu oleh keluarga dan BAK menggunakan selang kateter , lancar dan urine berwarna kuning jernih.
- Data Obyektif
- Observasi
Klien tampak terpasang selang kateter.
- Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi suprapubika kandung kemih teraba kosong, nyeri ketuk ginjal kiri dan kanan negative, mulut Urethra bersih, anus tidak ditemukan Peradangan dan Hemoroid
- Kajian Pola Aktivitas dan Latihan
- Data Subyektif
- Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan aktifitas sehari-hari klien seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, klien mengatakan biasanya melakukan aktivitas secara mandiri. Seperti, mandi, makan, berpakaian, BAB dan BAK.
- Keadaan Sejak Sakit
Klien mengatakan sejak sakit hanya berbaring di tempat tidur,klien mengatakan semua aktifitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat. Kaki kanan nyeri bila digerakan.
- Data Obyektif
- Observasi
Klien tampak dalam beraktivitas seperti makan, mandi, berpakaian, kerapian, mobilasasi ditempat tidur dan ambulasi dalam skala 2 (dengan bantuan orang), BAB dan BAK dalam skala 3 (dengan bantuan orang dan alat), postur tubuh atau gaya jalan klien tegap ada anggota gerak yang cacat yaitu kaki sebelah kanan patah.
Pemeriksaan Fisik
Perfusi pembuluh perifer kuku tidak sianosis, Pada inspeksi tampak bentuk thorak simetris, vocal fremitus isokor, perkusi sonor, batas paru hepar di ICS 4 dekstra, auskultasi suara nafas vesikuler, suara ucapan jelas, suara tambahan tidak ada, pada palpasi jantung Ictus Cordis di ICS 5 di Linea Medio Clvikularis Sinistra, tidak menggunakan alat pacu jantung, perkusi batas atas jantung di ICS 2-3, batas kanan jantung pada linea sternalis dekstra, batas kiri jantung pada medio clavikularis simistra, tidak ditemukan atrofi otot, rentang gerak terbatas, tidak ditemukan adanya mati sendi dan kaku sendi, uji kekuatan otot kiri skala 5 dan otot kaki sebelah kanan tidak dikaji karena dilakukan operasi fraktur cruris ditandai dengan adanya luka operasi dan kaki tampak bengkak, reflek fisiologik positif pada tendon, pada columna vertebralis tidak ditemukan kelainan bentuk.
Kajian Pola Tidur dan Istirahat
Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan biasa tidur pada pukul 22.00 WIB dan bangun pukul 07.00 WIB, klien tidak terbiasa tidur siang, klien tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk tidur.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan sejak sakit, klien mulai tidur malam pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB, siang hari klien sering tertidur kerena tidak ada kegiatan yang dilakukan.
- Data Obyektif
- Observasi
Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah mengantuk, palpebra klien
tidak tampak bewarna gelap.
Kajian Pola Persepsi Kognitif dan Perseptual
a. Data Subyektif
- Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan menggunakan kacamata tidak ada ganguan pendengaran, penghiduan, dan pengecapan.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan sejak sakit masih menggunakan kaca mata tidak ada gangguan pendengaran, penghiduan dan pengecapan.
- Data Obyektif
- Observasi
Klien tampak menggunakan kaca mata, klien mampu menghidu, klien masih mampu merasakan manisnya air teh yang dihidangkan pagi hari.
- Pemeriksaan Fisik
Pada cornea tidak ada strabismus, pupil isokor kiri dan kanan sama besar, lensa mata jernih tidak ada katarak, pina simetris, canalis bersih tidak cairan yang keluar, membran tympani utuh, pendengaran dilakukan dengan gesekan jari perawat dan pendengaran klien baik.
- Kajian Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
- Data Subyektif
- Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan seorang anak dari 5 bersaudara, klien malu dengan keadaannya saat ini, klien berharap penyakitnya cepat sembuh dan bisa segera pulang.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan kegiatan sehari-harinya terganggu karena dirawat di rumah sakit, klien mengatakan tubuhnya sekarang terasa lemah, Klien tampak termenung dan memikirkan keadaannya.
- Data Obyektif
Saat pengkajian klien tampak bersedih dan sering termenung.
Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Data Subyektif
- Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga maupun lingkungan baik, klien tinggal serumah bersama orang tua, klien merasa senang dengan perannya dan tidak merasa kecewa.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan sejak sakit, klien suka ngobrol dengan klien di sebelahnya.hubungan dengan keluarga baik.
- Data Obyektif
- Observasi
Saat pengkajian klien ditemani oleh orang tuanya, klien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi verbal.
Kajian Pola Reproduksi - Seksualitas
a. Data Subyektif
- Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan berjenis kelamin laki-laki, klien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksualitas.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak ada ganguan dalam masalah seksualitas.
b. Data Obyektif
- Observasi
Pada saat pengkajian klien tidak tampak menunjukkan adanya kelainan perilaku seksual, klien tampak memakai baju laki-laki, tampak pada genetalia terpasang dawer cateter.
Kajian Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Data Subyektif
- Keadaan sebelum sakit
Keluarga mengatakan bila ada masalah selalu bercerita dengan orang tua nya.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan jika klien membutuhkan bantuan klien meminta bantuan kepada keluarga atau perawat.
- Data Obyektif
- Observasi
Ekspresi wajah klien saat pengkajian tampak tenang.
Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan / Keyakinan
a. Data Subyektif
- Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan menganut agama islam, klien menjalankan sholat berjamaah di masjid.
- Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan selalu berdoa kepada Allah supaya cepat diberi kesembuhan, klien hanya berdoa saja di tempat tidur.
- Data Obyektif
- Observasi
Klien tampak mengucapkan "Bismillahhirrohmannirrohim" sebelum makan dan minum obat.
Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji
( MEYDIANTO )
- Hasil Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 12 /7/2010
Tes Pemeriksaan | Result / Hasil | Unit / Satuan | Reference range / Nilai rujukan | |
Out of range | Within range | |||
Hematologi I | ||||
Darah Rutin | ||||
Hemoglobin |
| 13,5 | g/dl | 13 – 18 |
Leukosit | 11.000 | sel/µl | 4.000 – 10.000 | |
LED/BSE | 10 | mm | 0 – 15 | |
Basofil | 0 | % | 4,5 – 6,5 | |
Eosinofil | 1 | % | 1 – 3 | |
Neutrofil Staff | 2 | % | 2 – 6 | |
Neutrofil | 70 | % | 50 -70 | |
Limfosit | 14 | % | 20 - 40 | |
Monosit | 7 | % | 2-8 | |
Darah Khusus | ||||
Golongan darah | A | |||
Resus Faktor | Positif | |||
BT (Bleding time) | 3 | Mnt | < 6 | |
Kimia Darah | ||||
SGOT / ASAT | 25 | µ/l | 10-34 | |
SGPT/ALAT | 17 | µ/l | 9 – 43 | |
Faal Ginjal | ||||
Ureum | 11 | Mg/dl | 10-50 | |
Creatinin | 0,8 | Mg/dl | 0,6-1,5 | |
BSS | 148 | Mg/dl | 70 – 180 | |
Rontgen Radiologi tanggal 12 Juli 2010
Kesan : Fraktur Cruris Dekstra
Fraktur tulang tibia dan fibula dekstra 1/3 tengah
Dengan angulasi ringan
Rontgen Radiologi tanggal 14 Juli 2010
Kesan : Fraktur Cruris Dekstra
Fraktur tulang tibia dan fibula dekstra 1/3 tengah
Dengan angulasi ringan
Terpasang plat 8, hole 1 buah dan screw 8 buah
Tampak posisi tulang baik
- Daftar obat yang diberikan pada klien
Nama/ Umur : Tn 'M' / 18 tahun
Ruang/ Kamar : Lukas / 8-2
- Nama obat : Mefinal
- Klasifikasi obat : Analgesik
- Dosis Umum : Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam
- Dosis untuk klien : 3 x 1 @ 500mg
Yang bersangkutan
- Cara pemberian obat : Oral
- Mekanisme kerja dan : Mefinal mengandung Asam Mefenamat
fungsi obat yang berguna sebagai penekan rasa sakit
- Alasan pemberian obat : Untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
- Kontra indikasi : Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna
- Side effect obat : Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
- Nama obat : Cefspan 100 mg
- Klasifikasi obat : Antibiotik
- Dosis umum : Sefiksim 50 mg; 100 mg/kapsul; 100 mg/5 ml sirop.
- Dosis untuk klien yang : 3x1 tab
- Cara pemberian obat : oral
- Mekanisme kerja dan : Pyogenes; bronkitis akut dan kronik yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae dan dan Haemophilus Enfluenzae.
- Alasan pemberian obat : Infeksi saluran kemih yang disebabkan Escherichia Coli dan Proteus mirabilis, otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus Influenzae, faringitis, tonsilitis yang disebabkan Streptococcus Pyogenes; bronkitis akut dan kronik yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae dan dan Haemophilus Enfluenzae
- Nama obat : Extrace
- Klasifikasi obat : Multi vitamin
- Dosis umum : Dewasa 100-200 mg 1-2x sehai, Anak-anak 100-300 mg sehari dalam dosis bagi
- Dosis untuk klien yang : 1 x 1 vial
- Cara pemberian obat : Injeksi IV
- Mekanisme kerja dan : Pengobatan defisiensi vitamin C.
- Alasan pemberian obat : Pengobatan defisiensi vitamin C, bila pemberian secara per oral dikontraindikasikan.
- Nama obat : Cravit IV
- Klasifikasi obat : Antibiotik
- Dosis umum : Dewasa 100-200 mg 1-2x sehai, Anak-anak 100-300 mg sehari dalam dosis bagi
- Dosis untuk klien yang : 1 x 1 vial
- Cara pemberian obat : Injeksi IV
- Mekanisme kerja dan : Kadar hambat minimum Cravit terhadap kuman-kuman tersebut Sangat rendah ditambah Efek ekuitas Artikel Baru pasca antibiotik, menjadikan Cravit efektif untuk Artikel eradikasi kuman-kuman tersebut. Profil farmakokinetik Cravit memungkinkan Cravit diberikan sekali sehari sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
- Alasan pemberian obat : Cravit diindikasikan pada infeksi dengan mikroorganisme rentan, seperti sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi bakteri akut dari bronkitis kronis, Komunitas diperoleh pneumoniae, rumit dan struktur kulit infeksi kulit, infeksi saluran kemih yang rumit, termasuk pielonefritis akut ®. Iv Cravit Hanya diberikan kepada pasien yang tidak dapat menggunakan bentuk lisan.
- Nama obat : Dynastat
- Klasifikasi obat : Analagesik
- Dosis umum : Dosis adalah 40 mg rcommended diberikan secara intravena (IV) atau intramuskular (IM), diikuti setiap 6 sampai 12 jam dengan 20 mg atau 40 mg sebagaimana diperlukan, tidak untuk unggul 80 mg / hari. The injeksi IV bolus dapat diberikan dengan cepat dan langsung ke pembuluh darah atau ke infus yang ada. IM injeksi harus diberikan perlahan-lahan dan dalam-dalam otot.
- Dosis untuk klien yang : 1 x 1 vial
- Cara pemberian obat : Injeksi IV
- Mekanisme kerja dan : Jangka pendek pengobatan nyeri pasca operasi.
- Efek samping : Sistem saraf otonom Gangguan : hipertensi, hipotensi. Tubuh sebagai Whole - Gangguan Umum : nyeri punggung, edema perifer. Sentral dan perifer Nervous System Disorders : hypoaesthesia. Gastro-intestinal Gangguan Sistem : osteitis alveolar (soket kering), dispepsia, perut kembung. Gangguan metabolik dan Gizi : peningkatan kreatinin, hipokalemia. Gangguan Jiwa : agitasi, insomnia. Gangguan sel darah merah : anemia pasca-operasi. Gangguan Pernapasan : faringitis, insufisiensi pernafasan. Gangguan kulit dan pelengkap : pruritus. Sistem urin Gangguan : Oliguria
- Pantozol IV
- Klasifikasi obat : Antipasmodik
- Dosis umum : Tiap vial mengandung Pantoprazole sodium 42.3 mg
- Dosis untuk klien yang : 1 x 1 vial
- Cara pemberian obat : Injeksi IV
- Mekanisme kerja dan : Menghilangkan gejala dan untuk terapi jangka pendek gangguan gaster dan intestinal yang memerlukan pengurangan sekresi asam lambung, ulkus duodenal, ulkus gaster, refluks esofagitis sedang dan bera
- Efek samping : Sakit kepala, diare, Jarang, mual, nyeri perut bagian atas, kembung, ruam kulit, pruritus, pusing
- Alasan pemberian obat : Untuk nyeri lambung dan muntah
- ANALISA DATA
Nama / Umur : Tn.'M' / 18 Tahun
Ruang / Kamar : Lukas I / 8-2
No. | Data | Etiologi | Masalah | ||
1.
2.
| Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt
Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt | Adanya luka insisi bedah
Prosedur pembedahan | Nyeri
Kerusakan mobilitas fisik
| ||
No. | Data | Etiologi | Masalah | ||
3. | Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt Hasil lab leukosit = 11.000 sel/µl | Adanya Luka insisi bedah
| Resiko tinggi infeksi
| ||
4 | Data Subyektif :
Data Obyektif :
| Perubahan penampilan diri | Gangguan citra diri |
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn.'M' / 18 Tahun
Ruang / Kamar : Lukas I / 8-2
Tanggal | DP | Diagnosa keperawatan | Nama |
14/7/2010 | I | Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt | Meidi |
14/7/2010 | II | Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt | Meidi |
14/7/2010 | III | Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt Hasil lab leukosit = 11.000 sel/µl | Meidi |
14/7/2010 | IV | Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri Data Subyektif :
Data Obyektif :
| Meidi |
- PRIORITAS MASALAH
Nama / Umur : Tn.'M' / 18 Tahun
Ruang / Kamar : Lukas I / 8-2
Tanggal | DP | Diagnosa keperawatan | Nama |
14/7/2010 | I | Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah | Meidi |
14/7/2010 | II | Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan | Meidi |
14/7/2010 | III | Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri | Meidi |
14/7/2010 | IV | Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah | Meidi |
- RENCANA KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn.'M' / 18 Tahun
Ruang / Kamar : Lukas I / 8-2
No. | Diagnosa Keperawatan | Hasil yang diharapkan | Rencana tindakan | Rasional | Nama |
1.
| Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah DS :
DO :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt | Tujuan jangka panjang : Nyeri berkurang sampai dengan hilang. Tujuan jangka pendek : Dalam 3x24 jam Klien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang ditandai dengan :
Tanda vital dalam batas normal TD = 140/90 mmHg S = 36ºC N = 70-75 x/menit P = 15- 20 x/menit |
|
| Medi
|
No. | Diagnosa Keperawatan | Hasil yang diharapkan | Rencana tindakan | Rasional | Nama |
2. | Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan. ditandai dengan : Data Subyektif :
Data Obyektif :
S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt | Tujuan jangka panjang : Klien dapat melakukan mobilitas fisik secara umum Tujuan jangka pendek dalam waktu 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : Tidak terjadi penurunan kekuatan otot ditandai dengan ;
|
|
| Meydi |
No. | Diagnosa Keperawatan | Hasil yang diharapkan | Rencana tindakan | Rasional | Nama |
3. | Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri ditandai dengan : Data Subyektif :
Data Obyektif :
| Tujuan jangka panjang : Dapat menerima perubahan dalam penampilan diri Tujuan jangka pendek dalam waktu 1 x 24 Jam klien dapat menerima keadaan dirinya yang ditandai dengan :
|
|
| Meydi |
No. | Diagnosa Keperawatan | Hasil yang diharapkan | Rencana tindakan | Rasional | Nama |
4. | Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah ditandai dengan : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah Data Subyektif :
Data Obyektif :
TD = 120/80 mmHg S = 36,5ºC N = 86 x/mnt P = 18x/mnt Hasil lab leukosit = 11.000 sel/µl | Tujuan jangka panjang : Infeksi tidak terjadi Tujuan jangka pendek : Dalam waktu 3x 24 jam tanda-tanda infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
|
|
| Meydi |
- Pelaksanaan Keperawatan
Nama/Umur : Tn. "M" / 18 Th
Ruang/Kamar : Lukas 8-2
Tanggal | DP | Waktu | Pelaksanaan Keperawatan | Nama Jelas |
14/7/2010 | I | 07.30 | Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10). Memperhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan tanda vital dan emosi/prilaku) (Nyeri pada kaki sebelah kanan dengan skala 5, kaki tampak bengkak, intensitas hilang timbul, klien tampak meringis menahan nyeri) | Meydi |
I | 07.45 | Mengobservasi tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg N : 86 x/mnt S : 36,5 OC P : 18 x/mnt | Meydi | |
I | 08.00 | Klien diberi makan pagi (Klien makan habis 1 porsi yang disediakan rumah sakit) | Meydi | |
I | 08.15 | Menganjurkan klien untuk istirahat tirah baring (Klien tampak tirah baring dan meninggikan ekstremitas yang sakit) | Meydi | |
I | 08.30 | Memberikan klien posisi yang nyaman (Klien diberi posisi terlentang) | Meydi | |
I | 09.00 | Memberikan obat injeksi Extrace 1 x1 vial, Cravit 1x1 vial, Dynastat 1x1 vial dan pantozol 1x1 vial | Team | |
I | 09.15 | Memberikan klien obat oral (Klien dapat obat cefspan 3 x 1 tab, mefinal 3 x1 tab) | Team | |
I | 11.00 | Mengajarkan klien teknik relaksasi tarik nafas dalam bila nyeri timbul (Klien tampak mengikuti teknik yang diajarkan yaitu menarik nafas dalam apabila nyeri timbul) | Meydi | |
I | 13.00 | Mengevaluasi keadaan klien Klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan, nyeri pada skala 5 Klien tampak tegang menahan sakit. TD : 120/80 mmHg N : 86 x/mnt S : 36,5 OC P : 18 x/mnt | Meydi | |
I | 13.39 | Mengkaji klien Klien mengatakan nyeri daerah operasi, klien dianjurkan tarik napas dalam bila nyeri timbul, keluarga dilibatkan. | Tim | |
I | 14.00 | Mengobservasi klien tampak K/U sakit sedang, klien sedang istirahat, klien dianjurkan banyak minum. | Tim | |
I | 20.00 | Mengevaluasi klien tampak sakit sedang, klien mengatakan nyeri pada luka operasi masih ada | Tim | |
I | 21.00 | Klien tampak sakit sedang, malam tampak tidur baring. | Tim | |
I | 24.00 | Klien tirah baring didamping oleh keluarga, tetesan infuse lancar. | ||
14/7/2010 | II | 07.00 | Mengkaji keadaan umum klien (Keadaan klien sakit sedang, klien tidak dapat bergerak bebas pada kaki sebelah kanan karena baru dilakukan operasi fraktur, semua aktivitas dibantu keluarga) | Meydi |
II | 07.45 | Mengobservasi keadaan klien TD : 120/80 mmHg N : 86 x/mnt S : 36,5 OC, P : 18 x/mnt | Meydi | |
II | 08.15 | Menganjurkan keluarga untuk membantu dan mendampingi klien (Keluarga tampak mendampingi klien.) | Meydi | |
II | 08.30 | Menganjurkan klien untuk beraktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah terjadi kelemahan fisik (Klien tampak mengikuti anjuran yang diberikan yaitu miring kiri dan kanan) | Meydi | |
II | 08.40 | Menganjurkan klien untuk banyak minum. (Klien mulai banyak minum) | Meydi | |
I | 09.00 | Memberikan obat injeksi Extrace 1 x1 vial, Cravit 1x1 vial, Dynastat 1x1 vial dan pantozol 1x1 vial | Team | |
II | 09.15 | Memberikan klien obat oral (Klien dapat obat cefspan 3 x 1 tab, mefinal 3 x1 tab) | Team | |
II | 11.15
| Menganjurkan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan makanan yang disukai sesuai indikasi. | Meydi | |
II | 13.00 | Mengevaluasi keadaan klien Klien mengatakan tidak bisa menggerakkan kakinya yang patah. Tampak kaki Klien yang patah terbalut perban Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg | Meydi | |
II | 13.39 | Klien mengatakan belum bisa beraktivitas dan perlu dibantu oleh keluarga. (Aktivitas klien masih dibantu keluarga) | Tim | |
II | 14.00 | Mengobservasi klien tampak K/U sakit sedang, klien sedang istirahat, klien dianjurkan untuk aktivitas secara bertahap, miring kiri miring kanan | Tim | |
II | 20.00 | Mengevaluasi klien tampak sakit sedang, klien mengatakan badan masih lemas dan kaki sebelah kanan sulit digerakkan | Tim | |
II | 21.00 | Klien tampak sakit sedang, tampak kaki sebelah kanan terbalut perban. | Tim | |
II | 24.00 | Klien tirah baring didampingi keluarga, tetesan infuse lancar | Tim | |
14/7/2010 | III | 07.25 | Mengkaji keadaan umum klien Klien sakit sedang, klien mengatakan sedih karena ada kekurangan pada dirinya yaitu kakinya yang patah, dimana aktivitas sehari-harinya sebagai mahasiswa tidak dapat dilakukannya. | Meydi |
III | 07.45 | Mengobservasi keadaan klien TD : 120/80 mmHg N : 86 x/mnt S : 36,5 OC P : 18 x/mnt | Meydi | |
III | 08.30 | Memberikan klien penjelasan tentang perawatan luka operasi dan pentingnya latihan sesuai indikasi untuk mencegah kelemahan otot. (klien tampak mengerti) | Meydi | |
III | 09.05 | Menjelaskan kepada klien bahwa luka patah tulang tersebut akan kembali menyatu dan sembuh apabila mengikuti anjuran dari dokter dan memeriksakannya secara rutin kepada tim kesehatan. (Klien tampak mengerti penjelasan yang diberikan) | Meydi | |
III | 10.15 | Menganjurkan klien untuk semangat dalam usaha memulihkan kembali kakinya baik dengan latihan menggunakan alat bantu secara bertahap | Meydi | |
III | 13.00 | Mengevaluasi keadaan klien (Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dialaminya dan tampak menerima keadaan yang dialaminya dan tabah) | Meydi | |
III | 21.00 | Klien tampak sakit sedang, istirahat tenang didampingi keluarga | Tim | |
III | 24.00 | Klien tirah baring ditemani keluarga, tetesan infuse lancar. | ||
14/7/2010 | IV | 07.15 | Mengkaji keadaan umum klien . (Tampak ada luka bekas operasi pada kaki sebelah kanan dan dibalut perban, balutan perban elastic tampak bersih, tidak basah dan kulit sekitar balutan tidak kemerahan, kaki tampak bengkak) | Meydi |
IV | 07.45 | Mengobservasi keadaan klien TD : 120/80 mmHg N : 86 x/mnt S : 36,5 OC P : 18 x/mnt | Meydi | |
IV | 07.35 | Menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada luka (Keluarga dan klien mengerti dan melakukan prosedur cuci tangan sebelum melakukan tindakan pada luka) | Meydi | |
IV | 08.15 | Memberikan penjelasan kepada klien pentingnya menjaga kebersihan balutan luka agar tetap kering. (Klien tampak mengangguk dan mengerti )
| Meydi | |
IV | 13.00 | Mengevaluasi keadaan klien : Klien mengatakan kaki sebelah kanan bengkak. Tampak balutan luka bersih, kulit sekitar balutan tidak tampak kemerahan, S : 36,5 OC | ||
15/7/2010 | I | 06.00 | Mengkaji keadaan klien : Keadaan umum klien tampak sakit sedang, malam bisa tidur, klien mengatakan nyeri luka operasi berkurang. | Tim |
I | 07.45 | Dr. "S" periksa klien, hari ini boleh pulang | Tim | |
I | 09.31 | Keadaan Umum Klien baik, klien istirahat baring | Tim | |
I | 13.00 | Mengevaluasi klien KU klien membaik, klien hari ini boleh pulang | Meydi | |
I | 14.00 | Adm lunas, klien pulang beres, surat control dan obat sudah diberikan pada keluarga | Meydi | |
15/7/2010 | II | 06.00 | Mengkaji keadaan klien : Keadaan umum klien tampak sakit sedang, klien sudah dapat beraktivitas secara mandiri, tampak klien menggunakan tongkat untuk berjalan. | Tim |
II | 07.45 | Dr. "S" periksa klien, hari ini boleh pulang | Tim | |
II | 09.31 | Mengobservasi keadaan pasien Keadaan umum klien baik, klien istirahat baring | Tim | |
II | 13.00 | Mengevaluasi klien KU klien membaik, klien hari ini boleh pulang | Meydi | |
II | 14.00 | Adm lunas, klien pulang beres, surat control dan obat sudah diberikan pada keluarga | Meydi | |
15/7/2010 | IV | 06.00 | Mengkaji keadaan umum pasien Pasien tampak membaik, sudah dapat menerima keadaannya, ekspresi wajah tampak rileks. | Tim |
IV | 07.45 | Dr. "S" periksa klien, hari ini boleh pulang | Tim | |
IV | 09.31 | Keadaan Umum Klien baik, klien istirahat baring | Tim | |
IV | 13.00 | Mengevaluasi klien KU klien membaik, klien hari ini boleh pulang | Meydi | |
IV | 14.00 | Adm lunas, klien pulang beres, surat control dan obat sudah diberikan pada keluarga | Meydi |
G. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. "M" / 18 Th
Ruang/Kamar : Lukas 8-2
Tanggal | DP | Evaluasi Keperawatan | Nama |
14/07/2010 13.00
| I | S : Klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan, nyeri pada skala 5 O : Klien tampak tegang menahan sakit A : Masalah belum teratasi P : Rencana tindakan 1-7diteruskan | Meydi |
14/07/2010 13.00 | II | S : Klien mengatakan tidak bisa bergerak bebas pada daerah kakinya yang patah. O : Tampak kaki Klien yang patah terbalut perban Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg A : Masalah belum teratasi P : Rencana 1-4, tindakan diteruskan | Meydi |
14/07/2010 13.00 | III | S : Klien mengatakan sudah mengerti mengerti tentang penyakitnya dan keadaan dirinya O : klien tampak menerima keadaan yang dialaminya dan tetap tabah , ekspresi wajah relaks dan bersemangat A : Masalah teratasi P : Rencana tindakan dihentikan | Meydi |
14/07/2010 13.00
| IV | S : Klien mengatakan kaki sebelah kanan bengkak. O : Tampak balutan luka bersih, kulit sekitar balutan tidak tampak kemerahan, S : 36,5 OC A : Tanda-tanda infeksi tidak terjadi P : Rencana tindakan 1-6 diteruskan | Meydi |
15/07/2010 14.00 | I | S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, sudah dapat tidur nyenyak O : K/U klien membaik, dr. "S" periksa klien hari ini boleh pulang, klien dapat bertoleransi dengan rasa nyeri. A : Masalah teratasi P : Rencana distop | Meydi |
15/07/2010 14.00 | II | S : Klien mengatakan sudah dapat berjalan dengan menggunakan tongkat O : Klien tampak berjalan menggunakan tongkat, K/U klien membaik, dr. "S" periksa klien hari ini boleh pulang A : Masalah belum teratasi P : Rencana 1,2,3,4,5,6 tindakan diteruskan dirumah | Meydi |
15/07/2010 14.00 | IV | S : Klien mengatakan luka dikaki sebelah kanan masih dibalut perban O : K/U klien membaik, dr. "S" periksa klien hari ini boleh pulang A : Masalah teratasi sebagian P : Intervesi dilanjutkan di rumah | Meydi |
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang telah diperoleh setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn. "M" Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris. Bab ini juga terdapat kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dilihat dari konteks teori dan hasil penerapan secara nyata pada klien. Hal ini disebabkan karena kemungkinan respon dan daya tahan klien dalam menghadapi penyakitnya berbeda-beda. Adapun pembahasan terhadap Asuhan Keperawatan pada Tn. "M" dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris adalah :
- Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dalam pengkajian penulis memperoleh data mengunakan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara sistematik dan melihat data-data penunjang melalui catatan keperawatan dan status klien. Pada pengkajian klien dengan gangguan system Muskuloskeletal; Fraktur Cruris secara teoritis ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut; keterbatasan gerak, kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena, adanya kesulitan dalam istirahat tidur, hilang gerak/ sensasi, spasme otot, nyeri tiba-tiba saat cidera, kerusakan tulang, laserasi kulit, perdarahan dan pembengkakan lokal sedangkan tanda dan gejala yang ditemukan pada klien antara lain; nyeri pada kaki sebelah kanan, kelemahan, kaki bengkak dan gangguan citra diri, Sedangkan kesenjangan yang terjadi dikarenakan semua tanda dan gejala yang ada pada teori kemungkinan telah teratasi sebelum penulis melakukan pengkajian, karena klien telah dirawat selama dua hari di rumah sakit dan telah diberikan tindakan untuk mengurangi keluhan klien.
Adapun data lain yang penulis tidak temukan pada teori namun muncul pada saat dilakukan pengkajian yaitu gangguan citra diri, hal ini penulis angkat karena klien tampak malu karena kaki sebelah kanannya cacat.
- Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori yang ada perumusan diagnosa keperawatan merupakan proses pemikiran melalui tanda dan gejala klinik menurut perubahan patofisiologi, respon klien maupun keluarga. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul berdasarkan teoritis pada kasus Fraktur Cruris adalah :
- Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
- Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran darah.
- Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi (misal bidai, traksi, gips).
- Perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri berhubungan dengan dampak masalah musculoskeletal
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasife.
Dan penulis menambahkan dua diganosa keperawatan diluar dari teori Risiko tinggi trauma tambahan berhubungan dengan kerusakan neurovaskular, tekanan, dan disuse Fraktur Cruris, karena diagnosa tersebut muncul pada klien pada saat pengkajian, adapun diagnosa keperawatan tersebut antara lain :
- Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan
- Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah
Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah, penulis angkat karena pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada kaki sebelah kanan.
Untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan ditegakkan karena klien tidak mampu beraktivitas secara mandiri, dan ekstremitas tidak bergerak bebas karena fraktur.
Untuk diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri ditegakkan karena klien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini.
Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah ditegakkan karena adanya luka bekas operasi post Op Fraktur Cruris sehingga luka insisi bedah yang dibalut dengan perban elastis rentan terhadap terjadinya infeksi apabila klien kurang menjaga kebersihan luka, selain itu adanya data penunjang lainnya pemeriksaan diagnostik kadar leukosit yang tinggi yaitu 11.000 sel/µl.
- Rencana Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis menyusun perencanaan yang meliputi prioritas masalah perumusan, tujuan, penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan dalam memberikan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah klien berdasarkan tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi yang berhubungan dengan dialami klien.
Rencana keperawatan yang diperoleh berdasarkan teori berdasarkan yaitu, untuk diagnosa keperawatan; nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah yaitu lakukan pengkajian nyeri meliputi skala, intensitas, dan jenis nyeri, mengobservasi keadaan umum klien, kaji adanya edema, hamatom, dan spasme otot, tinggikan ekstremitas yang sakit, berikan kompres dingin (es), ajarkan klien teknik relaksasi, seperti distraksi, dan imajinasi terpimpin, laporkan kepada tim medik, bila nyeri tidak terkontrol, kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat-obatan analgetik.
Sedangkan rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan rencana keperawatan berdasarkan teori yaitu; kaji kemampuan aktivitas klien, observasi tanda-tanda vital, bantu klien menggerakkan bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan yang adekuat, ekstremitas ditinggikan dan disokong dengan bantal, nyeri dikontrol dengan bidai dan memberikan obat anti-nyeri sebelum digerakkan, kolaborasi dengan tim terapi dalam mengajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, walker, kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan.
Untuk diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri rencana yang disusun berdasarkan teori antara lain ; dorong klien mengungkapkan perasaan dan rasa ketakutan, mengenai perubahan konsep diri, bantu klien dalam penerimaan perubahan citra diri sesuai kebutuhan klien, jelaskan setiap kesalahpahaman yang di alami klien, untuk membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas fisik dan konsep diri, anjurkan dan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri sendiri mandiri sesuai kemampuan, berikan dukungan dan pujian terhadap upaya klien, anjurkan keluarga/orang terdekat untuk mendukung penyembuhan klien dengan dampak masalah muskuloskeletal.
Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah rencana yang ditegakkan ; kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti rabas, kemeahan, bengkak,mengobservasi tanda-tanda vital, pantau luka operasi dan cairan yang keluar dari luka, pantau adanya infeksi pada saluran kemih, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotik.
Untuk rencana keperawatan yang ditegakkan terhadap klien Tn. "M" semua sudah disesuaikan dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara rencana keperawatan secara teori dengan kasus.
- Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan dengan harapan akan memenuhi kebutuhan klien, pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan diagnosa yang timbul. Penulis melakukan pelaksanaan dalam waktu 2 hari yaitu pada tanggal 14 Juli 2010 sampai dengan tanggal 15 Juli 2010..
Untuk diagnosa keperawatan; Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah yaitu pelaksanaan yang dilakukan yaitu melakukan pengkajian nyeri meliputi skala, intensitas, dan jenis nyeri, mengobservasi keadaan umum klien, kaji adanya edema, hamatom, dan spasme otot, meninggikan ekstremitas yang sakit, menganjurkan keluarga untuk memberikan kompres dingin (es) untuk mengurangi nyeri klien, mengajarkan klien teknik relaksasi menarik nafas dalam dan membuangnya secara perlahan jika nyeri timbul, Menganjurkan klien atau keluarga untuk segera melaporkan kepada tim medik, bila nyeri tidak terkontrol, berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat-obatan analgetik seperti obat oral Mefinal 1 x 1 tab dan injeksi dynastat 1 x 1 vial.
Untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan rencana keperawatan berdasarkan teori yaitu; membantu klien menggerakkan bagian cedera, meninggikan ekstremitas dan disokong dengan bantal, mengontrol nyeri dengan bidai dan memberikan obat anti nyeri sebelum digerakkan, mengajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, walker, kursi roda), dan menganjurkan klien untuk latihan secara bertahap sesuai dengan toleransi dan kemampuan klien.
Untuk diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri rencana yang disusun berdasarkan teori antara lain ; mengkaji citra diri, perasaan dan rasa ketakutan, mengenai perubahan konsep diri, membantu klien dalam penerimaan perubahan citra diri sesuai kebutuhan klien, menjelaskan setiap kesalahpahaman yang di alami klien, untuk membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas fisik dan konsep diri , memberikan dukungan dan pujian terhadap upaya klien, menganjurkan keluarga/orang terdekat untuk mendukung penyembuhan klien.
Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah rencana yang ditegakkan ; mengkaji adanya tanda-tanda infeksi seperti rabas, kemerahan, bengkak, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau luka operasi dan cairan yang keluar dari luka, memantau adanya infeksi pada saluran kemih jika ada, berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotic seperti obat oral Cefspan 3 x 1 tab, injeksi Cravit IV.
- Evaluasi Keperawatan
Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan dalam melaksanakana asuhan keperawatan yang telah diberikan, dengan demikian dapat ditemukan apakah perencanaan dapat diteruskan atau distop. Adapun evaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. "M" dengan gangguan system Muskuloskeletal; Fraktur Cruris selama dua hari dari tanggal 14 Juli 2010 sampai 15 Juli 2010 yaitu; untuk diagnosa keperawatan yaitu diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri sudah teratasi pada hari pertama, hal ini dapat ditunjukkan dari data subyektif yang menyatakan bahwa klien mengatakan menyadari keadaanya dan menerimanya dan secara obyektif ekspresi wajah klien rileks dan tampak bersemangat kembali. Untuk diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah sudah teratasi pada hari kedua karena klien tampak sudah dapat bertoleransi dengan nyeri, untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan masalah baru teratasi sebagian, hal ini dikarenakan klien belum dapat beraktivitas secara mandiri, dan klien masih memerlukan perawatan dan latihan agar dapat beraktivitas secara mandiri. Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi masalah teratasi sebagian karena luka bekas operasi yang dibalut dengan perban masih rentan terhadap masuknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, untuk itulah intervensi harus tetap diteruskan di rumah, agar klien terhindar dari infeksi.
Semua evaluasi keperawatan tersebut, semuanya belum mencapai hasil yang diharapkan, karena waktu pelaksanaan yang tidak memadai, selain itu dr."S" telah memperbolehkan klien pulang dan intervensi yang telah dibuat akan diteruskan oleh klien dan keluarga di rumah.
BAB V
PENUTUP
Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien Tn. "M" dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris di Pavilyun Lukas Kamar 8-2 Rumah Sakit RK Charitas Palembang, maka pada bab ini ditarik kesimpulan dan saran :
- Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada gangguan sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris pada klien Tn. "M" yang dirawat di Pavilyun Lukas Rumah Sakit RK Charitas Palembang selama dua hari. Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut ;
- Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara klien dengan penulis sehingga mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan juga data diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada klien, tetapi tidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada klien dengan penyakit yang sama. Dalam pengkajian perawat menemukan tanda gejala yang aktual yaitu nyeri pada kaki sebelah kanan, keterbatasan aktivitas dan gangguan citra diri.
- Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh penulis untuk klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris antara lain :
- Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan
- Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan diri
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah
- Perencanaan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien, kemampuan penulis dan fasilitas Rumah Sakit RK Charitas, pelaksanaan tindakan dan evaluasi dapat dilakukan karena adanya kerja sama antara klien dengan perawat, dokter dan keluarga.
- Pelaksanaan keperawatan pada klien dilakukan sesuai dengan keperawatan yang timbul, tetapi tidak semua diagnosa keperawatan secara teoritis dilakukan implementasi. Selain itu keterbatasan waktu praktek penulis serta kondisi dan keadaan klien tidak memungkinkan untuk dilaksanakan keperawatan secara tuntas dan oleh karena itu pelaksanaan keperawatan tetap dilaksanakan oleh perawat ruangan.
- Evaluasi keperawatan dilakukan setiap pergantian jam dinas. Bila masalah belum teratasi maka rencana dilanjutkan kembali. Evaluasi masalah yang dilakukan pada klien Tn. "M" semuanya sudah teratasi pada hari kedua dimana klien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat.
- SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran, antara lain :
- Bagi perawat
Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin kerja sama dan hubungan yang baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh sesuai dengan kondisi klien. Diharapkan dalam perumusan masalah sesuai dengan data yang diperoleh dari klien. Dapat mengaplikasikan semua rencana dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Kemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai dengan yang diaharapkan sebelumnya.
- Bagi Klien dan keluarga klien
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara keluarga klien, klien dengan perawat dalam proses perawatan. Sehingga didapatkan proses keperawatan yang berkesinambungan, cepat dan tepat kepada klien
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doengoes, E. Marilyn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.
Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Lukman.2010. Fraktur.http://lukmanrohimin.blogspot.com/ (Online). di akses tanggal 19/07/2010.
Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Reeves. Charlene. J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin. Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Manjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer, Susanne. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, Ed. 8. Jakarta : EGC.
Suratun. 2008. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar