Sabtu, 08 Oktober 2011

ASKEP DHF


 

  • PENGERTIAN
    • DHF adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang limfadeopati, demam bifastik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombosiopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan (Noer, 1999).
    • Dengue adalah suatu infeksi argovirus carthropoq game virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies aedes (Wahidayat, 1985).
    • Dengue adalah salah satu penyakit demam berdarah yang ditularkan lewat nyamuk (mosquito), penyakit di daerah tropis, penyebabnya arbouinasi yang ditularkan oleh nyamuk ditandai dengan : nyeri rematik, demam, eurupsi kulit (SUE, 1999).
    • Dengue adalah penyakit demam akut disebabkan oleh virus dengan gejala demam, nyeri kepala otot dan sendi, dapat terjadi erupsi kulit berupa roseola ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti dengan masa inkubasi 35 hari (Laksaman, 2003).

    Jadi kesimpulannya DHF adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa dengan gejala demam, nyeri kepala, otot dan sendi, dapat terjadi erupsi kulit berupa roseola, dan ditularkan oleh nyamuk spesies aedes yaitu nyamuk aedes aegypti.


     

  • ANATOMI DAN FISIOLOGI
  1. Anatomi
  2. Fisiologi
  • Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna, bentuk lebih besar dari sel darah merah tetapi jumlahnya lebih kecil, dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 6000 – 10.000 (rata-rata 8000).
  • Fungsi sel darah putih

        Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme, dengan kemampuannya sebagai fogosit, mereka memakan bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. (Pearce, 2002).


 

  • ETIOLOGI

    Virus dengue tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe pengul 1 dan 2 ditentukan di Irian ketika berlanggsungnya perang dunia II, sedangkan 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Philipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang bersifat termologi, sensitive terhadap inaktivitas oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700.

    Keempat serotipe
    telah ditemukan pada pasien-pasien dui Indonesia dengue 3 merupakan sertopie yang paling banyak beredar. (Noer, 1999).

    Virus dengue termasuk dalam kelompok aroorius B. dikenal 4 serotipe dengue yang saling tidak mempunyai silang. Sabin adalah orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue, yaitu dari darah penderita sewaktu terjadi epidemi demam dengue di Hawaii dengan diterima tipe C, virus dengue yang berasal dari New Guine diberi nama tipe 2.


     

  • PATOFISIOLOGI

    Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin member gejala sebagai DF. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection hypethesis yang dianut oleh sebagain besar sarjana saat ini. Hipotesis ini menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi akan menyebabkan suatu kompleks antigen antibody.

    Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh pasien akan mengalami8 keluhan dan gejal-gejala karena vermis seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegel seluruh badan, hipermia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikuloer-dotellai seperti : pembesaran kelnjar getah bening, hati dan limpa, ruam pada DF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. (Noer: 2000)


     

  • MANIFESTASI KLINIS
  1. Masa tunas berkisar antara 3-15 hari pad umumnya 5-8 hari. Pemulihan penyakit biasanya nmendadak, gejala meliputi nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia, menggigil, malaise. Pada umumnya ditemukan sindrom trias, yaitu demam tinggi, nyeri anggota badan dan timbulnya ruam.
  2. Ruam biasnya timbul 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali yaitu pada hari ke-3 samapi hari ke-5 dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Ruam bersifat manulopapullar yang menghilang pada tekanan. Ruam mula-mula dilihat di dada, tubuh serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka.
  3. Separuh penderita timbul dengan mendadak disertai kenaikan suhu, nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, punggung, otot dan sendi disertai menggigil.
  4. Dapat dilihat kurva yang menyerupai pelana kuda/berfasih, tetapi pada penderita selanjutnya dapat dilihat kurva ini tidak ditemukan sehingga tidak dianggap patogenomik.
  5. Demam menghilang secara lisis, disertai keluarga keringat lama demam 3,9 dan 4.8 hari. (Wahidayat, 1985)


 

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Darah pada DF dijumpai Icukopenia, pada DHF umumnya dijumpai tromositopenia dan hemokonsentrasi.
  • Uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan yang penting.
  1. Urine, mungkin ditemukan albuminuria ringan.
  2. Sum-sum tulang pada awal sakit, biasanya hiposelular kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 sesdang pada hari ke-10 biasanya kembali normal.
  3. Serologi, mengukur titer antibody pasien dengan cara haemoglutination inhibition tes (HI Test) atau dengan uji peningkatan komplemen.
  4. Isolasi virus, pasien jarring-jaringan baik pasien hidup (melalui biopsy) atau dari pasien yang meninggal (melalui autopley). (Noer, 1996)


     

  • PENATALAKSANAAN
  1. DHF tanpa penyakit
    1. Tirah baring
    2. Makanan lunak, bila belum ada napsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula/sirop, air tawas ditambah garam)
    3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis

      Untuk hiperpireksia diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal, antipumetik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin/dipiton, hindari pemakaian aserosul karena bahaya pendarahan.

    4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
  2. Observasi teliti dengan tanda renjatan
    1. Keadaan umum memburuk
    2. Hati makin memebsar
    3. Masa pendarahan memanjang karena trombositopenia
    4. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala
  3. Transfusi darah dilakukan pada :
  4. Kecepatan infuse permulaan ialah 20 ml/kg BB/dan apabila renjatan telah diatasi kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 mg/kg BB/jam
  5. Kasus renjatan berat, cair diberikan diguyur, dan bila tidak ada perbaikan pemberian plasma/ekspander plasma/ekstran/preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kg BB.
  6. Untuk mernjaga keseimbangan volume intravaskuler pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit plasma dipertahankan 12-48 jam setelah senjatan. (Noer, 1996).


 

  1. Peralatan Keperawatan
    1. Phatywas


 


 


 

Sumber : Alatas Husein (1997), Doengoes (1999), Compenito (2000), Nandra (2001).


 


 


 


 


 

  1. Fokus Intervensi Keperawatan
  • Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d aneksia, mual, muntah (Doengoes, 1999).
    • Tujuan    : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
    • KH    :    1.    Anak mendapatkan suplay nutrisi yang adekuat

            2.    Mengungkapkan peningkatan nafsu makan

            3.    Menunjukan peningkatan BB

            4.    Mual, muntah hilang

    • Intervensi
      • Kaji keluhan mual, muntah yang dialami pasien.
      • Ijinkan anak untuk memakan makanan makanan yang dapat ditoleransi anak rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak tinggi.
      • Berikan makan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
      • Monitor BB tiap hari.
  • Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik (Doengoes, 1999).
    • Tujuan    : Aktivitas kembali efektif
    • KH    :    1.    Anak tidak lemas

            2.    Anak tidak bedrest

            3.    Anak beraktivitas sendiri

    • Intervensi
      • Kaji ku pasien.
      • Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas.
      • Kaji ketergantungan pasien terhadap alat atau orang.
      • Berikan motivasi untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
      • Berikan lingkungan yang nyaman.


 

  • Nyeri (akut) b/d mekanisme patologis (proses penyakit) (Doengoes, 1999).
    • Tujuan    : Nyeri hilang atau terkontrol
    • KH    :    1.    Paien menyatakan nyeri hilang (terkontrol)

            2.    Skala nyeri 0

            3.    Rasa nyaman pasien terpenuhi

    • Intervensi
      • Kaji tingkat nyeri pasien dengan memberi rentang (0 – 15)
      • Beri posisi yang nyaman dan tenang.
      • Alihkan perhatian jika nyeri datang membaca buku, bercerita atau mendengarkan musik dan bermain.
      • Anjurkan pasien untuk tarik nafas dalam saat nyeri datang.
      • Kolaborasi berikan obat-obatan analgesik sesuai dengan program.
      • Anjurkan keluarga untuk memberi kompres hangat pada bagian yang nyeri.


 

  • Potensi komplikasi syok hipovolmik b/d pendarahan yang berlebihan (Carpento, 2000).
    • Tujuan    : Tidak terjadi hipovolemik
    • KH    :    1.    Tanda-tanda vital dalam batas normal

                TD : Sistol    : 110 – 120 mnt/g

                 Distole    : 70 – 80 mnt/g

            2.    Nadi 60 – 80 x/mnt, R = 12 – 24

            3.    Si 36 – 37 oC

            4.    Ekstremitas hangat, lembab

            5.    Ku baik

    • Intervensi
      • Monitor ku pasien
      • Observasi TTV tiap 2 – 3 jam
      • Monitor tanda-tanda pendarahan
      • Anjurkan keluarga pasien untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda pendarahan.
      • Monitor masukan dan keluaran, catat dan ukur pendarahan yang terjadi.


 

  • Hipertermi b/Dokter masa inkubasi dengue dalam tubuh (Doengoes, 1999).
    • Tujuan    : Hipertermi tidak terjadi
    • KH    :    1.    Pasien tidak lemah

              2.    Suhu tubuh mengalami penurunan / normal (36 – 37 oC).

    • Intervensi
      • Kaji ku pasien
      • Monitor TTV
      • Berikan posisi yang nyaman
      • Ajurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat, pada bagian tubuh yang panas.
      • Anjurkan pasien untuk banyak minum.
  • Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi. (Doengoes, 1999).
    • Tujuan    : Kurang pengetahuan teratasi
      • KH    :    1.    Kuluarga tidak selalu bertanya tentang penyakit anaknya.

        2.    Keluarga tidak lagi khawatir dan lebih bersabar dalam merawat penyakit anaknya.

    • Intervensi
      • Diskusikan dengan keluarga tentang penyakit anaknya.
      • Beri suport keluarga untuk sabar.
      • Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.
      • Beri jawaban setiap pertanyaan yang ditanyakan keluarga.
      • Bantu klien untuk merawat pasien.

DAFTAR PUSTAKA


 

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Edisi 8) Editor Monica Ester. Jakarta : EGC.

Doengoes (1999), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan (Edisi 3), Alih Bahasa I Made karyasa Editor setyawan. Jakarta : EGC.

Laksamanan, T.hendra (2003). Kamus Kedokteran. Jakarta : Djamcatan.

Nanda (2001). Diagnosa keperawatan Nandai Definisi dan Klasifikasi (Alih Bahasa : Budi Santosa) (Editor Budi Santosa). Jakarta : EGC.

Noer (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid 5) (Edisi 3). Jakarta : FKUI.

Pearce, Evelyn. C (2003). Anatomi dan Psikologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Sue (1999). Kamus Keperawatan (Edisi 17). Buku kedokteran. Jakarta : EGC.

Wahidayat (1985). Buku Kuliah 2 Ilmu kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.


 

0 komentar:

Blogger Community

Hits

hit counter code

MMM INDONESIA

Komen